Jakarta, Indonesia
March 14, 2008
Puslit Bioteknologi LIPI
telah berhasil melakukan perakitan padi melalui rekayasa
genetika yang menghasilkan benih padi tahan kondisi kekeringan
sehingga bisa ditanam di kawasan minim air.
"Kami telah melakukannya dengan over ekspresi gen penyandi
faktor transkripsi OsHOX," kata Kepala LIPI Prof Dr Umar Anggara
Jenie di Jakarta, Selasa.
Gen tersebut, urainya, memiliki peran dalam ketahanan terhadap
cekaman kekeringan dan sudah dicobakan di tanaman pada model
Arabidopsis thaliana. Saat ini, lanjut dia, sedang dilakukan
penelitian tahap awal pada fasilitas uji terbatas atau rumah
kaca dan akan dilanjutkan dengan uji keamanan lingkungan, uji
keamanan pangan dan uji multilokasi.
Selain itu, LIPI juga telah merakit varietas padi secara
transgenik yang tahan terhadap serangan hama penggerek batang
dan telah berlangsung hingga generasi keempat pada 2003-2007,
ujarnya. "Padi transgenik tersebut lebih tahan terhadap serangan
hama penyakit penggerek batang kuning 10 kali varietas Rojolele,
Ciherang dan Cilosari," katanya.
Dari hasil uji lapangan dapat diperoleh kesimpulan sementara
bahwa tanaman transgenik yang dirakit tak merusak ekologi
lingkungan dalam arti tidak ada penyebaran gen ke tanaman lain
serta tidak ada pengaruh terhadap serangga lain dan mikroba
tanah, ujarnya.
LIPI juga telah menghasilkan padi transgenik tahan serangan
jamur Blast dan akan dilakukan pengujian pada fasilitas rumah
kaca. Ketahanan terhadap Blast itu, urainya, ditingkatkan dengan
cara meningkatkan kandungan asam salisilat dalam tanaman padi
melalui rekayasa genetika padi dengan gen penyandi biosintesa
asam salisilat.
"Bioassai terhadap M Grisea strain 173 yang merupakan cendawan
penyebab penyakit blast telah dilakukan sampai generasi ke-4 dan
menunjukkan peningkatan ketahanan beberapa genotip tanaman
transgenik terhadap serangan blast pada beberapa fase
pertumbuhan," katanya.
Seluruh riset padi transgenik ditegaskannya, akan diuji keamanan
lingkungannya, diuji keamanan pangannya dan diuji secara
multilokasi.
Sumber :
http://republika.co.id/online_detail.asp?id=323158&kat_id=23
Indonesia develops a genetically
engineered rainfed lowland rice cultivar with drought tolerance
Source:
CropBiotech Update
Rice (Oryza sativa), one of the
most important food crops, is drastically affected by drought,
especially at the reproductive stage, thus, immensely affecting
yield. Dissecting the important genes and the genomic regions
influencing drought tolerance and yield will aid the breeders in
understanding the genetic mechanisms underlying the plants'
response to drought. This will then be the basis of the breeding
strategies for the development of high yielding and drought
tolerant varieties.
The Research Centre of
Biotechnology, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) has
successfully developed a genetically engineered rainfed lowland
rice cultivar with drought tolerance. "We have created the
cultivar by overexpression of the genes encoding the
transcription factors OsHOX" , said Prof. Dr. Umar A. Jenie,
Head of LIPI. Furthermore, the cultivar is now being tested and
is already in the early stage of a confined trial in a green
house facility. This will be followed by environment and food
safety testings as well as a multilocation field testing.
LIPI has also developed a yellow stem borer {S. incertulas
(Walk)} -resistant rice variety. According to Prof. Jenie, the
preliminary field testing result showed that the transgenic
crops are not adversely affecting the environment ecology since
there is no geneflow to another crop as well as to other insects
or soil microbes. He also emphasized that all transgenic rice
developed in Indonesia will be tested for its environmental and
food safety.
Information on biotechnology research in Indonesia may be
otained by emailing
dewisuryani@biotrop.org. |
|